Friday, April 13, 2018

“KECENDERUNGAN PSIKOLOGIS REMAJA AKIBAT STRESS DAN BERUJUNG BUNUH DIRI”

 BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Psikologi berasal dari perkataan Yunani “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya, atau disebut dengan  ilmu jiwa. Stres pada tingkatan tertentu dapat mengakibatkan kegilaan dan ketidakwarasan. Hal inilah yang mendorong sejumlah rumah sakit jiwa di pusat dan daerah mempersiapkan ruangan baru untuk menampung korban ambisi jabatan dan pertaruhan politik dengan ketidaksiapan mental menghadapi kekalahan sebagaimana diprediksi banyak pengamat.
Mungkin reaksi ataupun antisipasi beberapa rumah sakit jiwa dan para pengamat tersebut terlihat pesimistis, skeptis dan terkesan sinis, namun melihat beberapa pengalaman korban mental kekalahan di beberapa pilkada, bahkan terenggutnya nyawa karena serangan jantung dan bunuh diri akibat kalah pemilu patut mendapatkan perhatian serius dari para kandidat untuk dapat mempersiapkan mental yang kuat dalam menghadapi risiko kekalahan dan gagal terpilih dengan manajemen stres yang baik.
Berbicara tentang stress, maka sejatinya ia merupakan pancaran energi dari seseorang yang tengah bergelut dengannya. Untuk itu, diperlukan jurus jitu agar di kala stress, kita dapat mengubah energi keluarannya menjadi energi yang positif, yang mampu menggiring terbentuknya performansi kerja  menjadi lebih optimal dan memberi manfaat bagi sekitar.

B.                Perumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas adalah masalah dunia remaja yang menyangkut pada tindakaan kriminal yaitu bunuh diri yang bertentangan dengan agama dan moral. Mengingat psikologi remaja yang sangat luas,  hanya memaparkan tentang stress dan depresi pada remaja yang akhirnya bisa mengarah pada tindakan bunuh diri.

C.                Tujuan Pembuatan Makalah
Makalah yang berisi materi mengenai Pengendalian Stress. Selain itu makalah ini juga dapat dijadikan sebagai:
1.      bahan studi pustaka bagi mahasiswa, khususnya yang berhubungan dengan materi pengendalian stress, sehingga mahasiswa dapat lebih memahami materi yang telah disampaikan oleh dosen.
2.      Memberi gambaran tentang psikologi.
3.       Mencegah semakin banyaknya kasus bunuh diri yang dilakukan remaja.
4.      Meyakinkan bahwa bunuh diri adalah tindakan yang salah dari sudut agama dan hukum.

BAB II
PENGENDALIAN STRESS
A.                Definisi Stress
Definisi sederhana, Stress adalah reaksi tubuh terhadap ancaman atau tantangan yang timbul dari situasi (disebut stressor) yang dapat bersifat positif atau negatif. Menurut seorang psikolog ternama yaitu Vincent Cornelli, Stress merupakan suatu gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan dan dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu dalam lingkungan tersebut.
Sedangkan menurut Richard Lazarus, secara spesifik stress merupakan gejala psikologis sebagai sebuah hubungan khusus antara seseorang dengan lingkungannya yang dianggap melampaui kemampuan dan membahayakan kebahagiaan dan kepuasannya. Atau singkatnya merupakan gejala yang timbul akibat kesenjangan antara realita dan idealita, antara keinginan dan kenyataan, antara tantangan dan kemampuan, atau antara peluang dan potensi.
Hakikatnya stres merupakan gejala harian yang wajar dan setiap orang pasti mengalaminya dan bukan sesuatu yang harus disembunyikan, tetapi ia tak ubahnya seperti tantangan lainnya yang harus dihadapi dalam hidup. Oleh karena itu stres bukan untuk ditakuti melainkan justru kita harus berani mengatasinya dengan pengelolaan dan pengendalian stres dengan sikap dan mental positif yaitu dihadapi dengan kepala tegak, percaya diri , optimisme solusi, pengendalian, penerimaan, perencanaan, dan dengan bantuan pihak lain jika memang diperlukan.

B.                 Faktor-Faktor Penyebab Remaja Bunuh Diri     
Ada kalanya alasan remaja bunuh diri sangat sederhana dan tidak serumit alasan bunuh diri pada orang dewasa. Tetapi penghayatan dari motif keinginan untuk bunuh diri bagi seorang remaja sangat serius atau dinilai sangat memdalam. Hal tersebut terjadi karena mereka sedang berada pada masa transisi dari masa anak ke masa dewasa.
        Pada dasarnya faktor-faktor yang dapat memicu bunuh diri pada remaja dibagi menjadi dua, yaitu :
1.      Faktor Intern    
Faktor intern meliputi masalah yang berasal dari dalam remaja itu sendiri.
a.       Keterbatasan intelektual Keterbatasan intelektual mengakibatkan si remaja mudah putus asa. Mereka cenderung untuk berfikir singkat tanpa diolah terlebih dahulu. Ketika menemui jalan buntu, mereka mengira tidak ada seorangpun yang peduli dan sanggup menolong mereka. Di mata mereka solusinya hanya satu, mengakhiri hidup supaya masalah juga berakhir dan segera terbebas dari stress dan depresi.
b.      Gangguan kepribadian Hal ini terlihat pada remaja yang bersikap agresif. Sikap agresif, pemberontak dan tidak bertanggung jawab adalah salah satu ciri psikologi remaja yang sangat umum.
c.       Sakit fisik Kecelakaan yang mengakibatkan luka atau cacat seumur hidup
d.      Gangguan mental Skizofrenia adalah penyakit kejiwaan dimana penderitanya merasa mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri. Remaja yang megidap skizofrenia sebenarnya dapat disembuhkan dengan bantuan ahli jiwa, pelayanan kesehatan yang baik, obat-obatan dan dukungan keluarga.
2.      Faktor ekstern
Faktor ekstern ini meliputi masalah yang timbul dari luar diri remaja
a.       Lingkungan rumah Keluarga adalah tempat pertama remaja mendapatkan kasih sayang. Keluarga seharusnya memberi rasa aman dan nyaman bagi remaja. Keluarga seharusnya mencurahkan perhatian dan memberi penghiburan. Tetapi sering kita jumpai bahwa keluarga kita bukanlah keluarga impian.
b.      Perceraian orang tua Remaja ingin mendapat kasih sayang dan perhatian yang seimbang dari ayah dan ibunya. Tetapi ketika orang tua memutuskan untuk bercerai, keseimbangan itu menjadi retak. Remaja harus memutuskan untuk hidup mandiri, atau tinggal dengan ayah atau ibu. Apalagi dengan munculnya ayah tiri atau ibu tiri, remaja akan semakin tertekan dan merasa bahwa rumahnya adalah neraka.
c.       Ekonomi keluarga yang minim Remaja memang belum dewasa dalam pikiran. Masalah ekonomi ini tentu merupakan masalah yang memusingkan. Pergaulan yang tinggi, gaya hidup yang mewah dan glamour serta trend yang selalu bergerak adalah lingkungan hidup remaja. Untuk mengikuti semua itu pasti membutuhkan uang. Hal ini pasti tidak akan terpenuhi jika penghasilan orang tua pas-pasan atau dibawah standart. Remaja menjadi frustasi. Mereka marah pada orang tuanya yang tidak bisa memberikan apa yang mereka inginkan. Mereka tidak pernah berpikir untuk mendapatkan uang dengan bekerja sambilan. Mungkin solusinya adalah dengan berhutang kepada teman.
d.      Ketidak harmonisnya hubungan anak dengan orang tua Pertengkaran anak dengan orang tua semakin sering terjadi ketika si anak mulai remaja. Kebanyakan pertengkaran terjadi bukan karena masalah kesenjangan umur, tetapi lebih mengarah pada kesenjangan kebudayaan. Hal-hal yang dilakukan remaja masa kini, misalnya berpelukan di depan umum adalah sangat tabu pada jaman orang tuanya remaja dulu. Tuntutan orang tua juga dirasakan terlalu berat bagi remaja. Kamu harus begini, kamu harus begitu, lakukan ini, lakukan itu. Akhirnya remaja merasa tidak mampu memikul tanggung jawab. Remaja merasa ia bukanlah anak yang diharapkan orang tuanya. Rumah terasa tidak nyaman dan solusinya adalah pergi sejauh-jauhnya atau tindakan bunuh diri.

C.                Cara Mengurangi Kecenderungan Untuk Bunuh Diri    
Untuk mencegah tindakan bunuh diri pada masa remaja, remaja perlu dukungan dalam hal :
1.    Pematangan emosi    Orang tua atau dewasa lain (bisa kakak atau guru)membantu remaja dalam bersikap positif terhadap kebutuhsn-kebutuhanemosi yang dibutuhkan remaja. Misalnya dalam bentuk perhatian, rasa aman, penghargaan pengelolaan serta pengontrlan emosi yang timbul.
2.    Menerima kelebihan dan kekurangan diri orang tua atau dewsaa lain dapat menerima kekurangan dan menghargai kelemahan remaja. Selain itu turut membantu remaja dalam mencari solusi agar kelemahan itu bisa diperkecil atau dikompensasikan menjadi kelebihan.
3.    Menghadapi konflik    Orang tua atau dewasa lain turut membantu menyelesaikan konflik yang ada, sehinggremaja merasa didampingi pada saat ia mengalami “break down”.
4.    Pemecah masalah    Orang tua atau dewasa lain turut membantu remajapada saat remaja mengalami masalah, seperti menjadi pendengar yang baik, menjadi teman yang baik dan membimbing mereka dalam mengidentifikasikan maslah sehingga masalah dapat terselesaikan dengan cepat, tepat dan tuntas.

D.                Pengendalian Stress
Menurut sebuah penelitian dari data faktual menunjukkan hampir mayoritas orang tidak tahu bagaimana menangani stres padahal bila dikelola dengan baik dapat menjadi motivator dan energi hidup, namun stres yang berlebihan juga berpotensi melemahkan yang mana pada tahap tertentu dapat menurunkan efektivitas kekebalan tubuh dan kerentanan terhadap penyakit ringan seperti flu dan infeksi di samping dapat menjadi penyebab tekanan darah tinggi, sakit kepala, diare, gangguan pada pencernaan dan pembuangan serta kelainan dan penyakit lainnya yang sering disebut sebagai gejala Phsycomatis. Kita sendiri sepenuhnya bertanggung jawab terhadap bagaimana stres mempengaruhi diri sebagaimana dimaklumi bahwa jika aspek-aspek kehidupan tidak ditangani dengan manajemen yang baik, maka akan mudah mengalami gejala-gejala stres.

E.                 Manfaat Pengendalian Stress
Melihat baiknya dampak dari terkendalinya siklus hidup stress pada kehidupan kita, yaitu perbaikan pada kualitas hidup seseorang, maka ilmu Manajemen Stress menjadi ilmu yang wajib dipahami dan dikuasai oleh setiap orang dengan karakter pekerjaan yang sangat rentan dengan stress. Bahkan mungkin saja ilmu ini perlu dituangkan dalam sebuah kamus pocket, yang dapat dibawa setiap waktu oleh setiap orang. Dengan demikian, apa yang terpancarkan dari setiap sejarah kehadiran stress tersebut akan selalu membawa energi positif bagi dirinya serta bagi orang-orang dan lingkungan sekitarnya.





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Stress disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat kita temukan pada sumber-sumber stres yang meliputi pekerjaan, anak-anak, keluarga, kesehatan, keuangan, kesenangan dan kemasyarakatan. Lebih kongkretnya, bidang-bidang kehidupan yang menjadi sumber utama penyebab stres potensial.
Hal pertama yang harus dilakuakan untuk mengendalikan stress adalah mengidentifikasi dan memahami gejala-gejala stress yang timbul. Apabila gejala stress sudah muncul dalam diri seseorang maka gejala tersebut dapat dikendalikan
Bunuh diri adalah masalah yang serius sehingga harus ditanggapi dengan serius pula.  Jumlah kasus bunuh diri di Indonesia semakin meningkat.Faktor penyebab remaja bunuh diri dibagi menjadi dua yaitu intern dan ekstern. Intern meliputi keterbatasan intelektual, gangguan kepribadian, sakit fisik, dan gangguan mental. Ekstern meliputi lingkungan rumah, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Tindakan bunuh diri dapat dicegah dengan perhatian dari lingkungan sekitar.

Saran
     Stress sama halnya dengan energy karena tidak dapat diciptakan maupun dihilangkan, namun stress dapat dihindari dan dikendalikan. Oleh sebab itu apabila seseorang sedang mengalami stress, hal yang harus ia lakukan adalah mengendalikan stress tersebut dengan cara mengubah energi keluarannya menjadi energi yang positif, yang mampu menggiring terbentuknya performansi kerja  menjadi lebih optimal dan memberi manfaat bagi sekitar.





DAFTAR PUSTAKA
Seotadi, IskandaRINI dan Harmein Nasution. 2016. Pendidikan  dan Tekanan Remaja Akibat Terlalu   Stress. Medan: USU Press.


No comments:

Post a Comment