BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Psikologi
berasal dari perkataan Yunani “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang
artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi
artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam
gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya, atau disebut dengan ilmu
jiwa. Stres pada tingkatan tertentu dapat mengakibatkan kegilaan dan
ketidakwarasan. Hal inilah yang mendorong sejumlah rumah sakit jiwa di pusat
dan daerah mempersiapkan ruangan baru untuk menampung korban ambisi jabatan dan
pertaruhan politik dengan ketidaksiapan mental menghadapi kekalahan sebagaimana
diprediksi banyak pengamat.
Mungkin
reaksi ataupun antisipasi beberapa rumah sakit jiwa dan para pengamat tersebut
terlihat pesimistis, skeptis dan terkesan sinis, namun melihat beberapa
pengalaman korban mental kekalahan di beberapa pilkada, bahkan terenggutnya
nyawa karena serangan jantung dan bunuh diri akibat kalah pemilu patut
mendapatkan perhatian serius dari para kandidat untuk dapat mempersiapkan
mental yang kuat dalam menghadapi risiko kekalahan dan gagal terpilih dengan
manajemen stres yang baik.
Berbicara tentang stress, maka sejatinya ia
merupakan pancaran energi dari seseorang yang tengah bergelut dengannya. Untuk
itu, diperlukan jurus jitu agar di kala stress, kita dapat mengubah energi
keluarannya menjadi energi yang positif, yang mampu menggiring terbentuknya
performansi kerja menjadi lebih optimal dan memberi manfaat bagi sekitar.
B.
Perumusan Masalah
Masalah
yang akan dibahas adalah masalah dunia remaja yang menyangkut pada tindakaan
kriminal yaitu bunuh diri yang bertentangan dengan agama dan moral. Mengingat
psikologi remaja yang sangat luas, hanya memaparkan tentang stress dan
depresi pada remaja yang akhirnya bisa mengarah pada tindakan bunuh diri.
C.
Tujuan Pembuatan Makalah
Makalah yang berisi
materi mengenai Pengendalian Stress. Selain itu makalah ini juga dapat
dijadikan sebagai:
1.
bahan studi pustaka bagi mahasiswa,
khususnya yang berhubungan dengan materi pengendalian stress, sehingga
mahasiswa dapat lebih memahami materi yang telah disampaikan oleh dosen.
2.
Memberi gambaran tentang psikologi.
3.
Mencegah semakin banyaknya kasus
bunuh diri yang dilakukan remaja.
4.
Meyakinkan bahwa bunuh diri adalah
tindakan yang salah dari sudut agama dan hukum.
BAB II
PENGENDALIAN
STRESS
A.
Definisi Stress
Definisi sederhana,
Stress adalah reaksi tubuh terhadap ancaman atau tantangan yang timbul dari
situasi (disebut stressor) yang dapat bersifat positif atau negatif. Menurut
seorang psikolog ternama yaitu Vincent Cornelli, Stress merupakan suatu
gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan
kehidupan dan dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu dalam
lingkungan tersebut.
Sedangkan menurut
Richard Lazarus, secara spesifik stress merupakan gejala psikologis sebagai
sebuah hubungan khusus antara seseorang dengan lingkungannya yang dianggap
melampaui kemampuan dan membahayakan kebahagiaan dan kepuasannya. Atau
singkatnya merupakan gejala yang timbul akibat kesenjangan antara realita dan
idealita, antara keinginan dan kenyataan, antara tantangan dan kemampuan, atau
antara peluang dan potensi.
Hakikatnya stres
merupakan gejala harian yang wajar dan setiap orang pasti mengalaminya dan
bukan sesuatu yang harus disembunyikan, tetapi ia tak ubahnya seperti tantangan
lainnya yang harus dihadapi dalam hidup. Oleh karena itu stres bukan untuk
ditakuti melainkan justru kita harus berani mengatasinya dengan pengelolaan dan
pengendalian stres dengan sikap dan mental positif yaitu dihadapi dengan kepala
tegak, percaya diri , optimisme solusi, pengendalian, penerimaan, perencanaan,
dan dengan bantuan pihak lain jika memang diperlukan.
B.
Faktor-Faktor
Penyebab Remaja Bunuh Diri
Ada kalanya alasan remaja bunuh diri sangat
sederhana dan tidak serumit alasan bunuh diri pada orang dewasa. Tetapi
penghayatan dari motif keinginan untuk bunuh diri bagi seorang remaja sangat
serius atau dinilai sangat memdalam. Hal tersebut terjadi karena mereka sedang
berada pada masa transisi dari masa anak ke masa dewasa.
Pada dasarnya faktor-faktor yang dapat memicu bunuh diri
pada remaja dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Faktor Intern
Faktor intern
meliputi masalah yang berasal dari dalam remaja itu sendiri.
a. Keterbatasan intelektual
Keterbatasan intelektual mengakibatkan si remaja mudah putus asa. Mereka
cenderung untuk berfikir singkat tanpa diolah terlebih dahulu. Ketika menemui
jalan buntu, mereka mengira tidak ada seorangpun yang peduli dan sanggup
menolong mereka. Di mata mereka solusinya hanya satu, mengakhiri hidup supaya
masalah juga berakhir dan segera terbebas dari stress dan depresi.
b.
Gangguan kepribadian Hal ini terlihat pada remaja yang bersikap
agresif. Sikap agresif, pemberontak dan tidak bertanggung jawab adalah salah
satu ciri psikologi remaja yang sangat umum.
c.
Sakit fisik Kecelakaan yang mengakibatkan luka atau cacat seumur
hidup
d. Gangguan mental
Skizofrenia adalah penyakit kejiwaan dimana penderitanya merasa mendengar
suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri. Remaja yang megidap skizofrenia
sebenarnya dapat disembuhkan dengan bantuan ahli jiwa, pelayanan kesehatan yang
baik, obat-obatan dan dukungan keluarga.
2. Faktor ekstern
Faktor ekstern
ini meliputi masalah yang timbul dari luar diri remaja
a. Lingkungan rumah Keluarga
adalah tempat pertama remaja mendapatkan kasih sayang. Keluarga seharusnya
memberi rasa aman dan nyaman bagi remaja. Keluarga seharusnya mencurahkan
perhatian dan memberi penghiburan. Tetapi sering kita jumpai bahwa keluarga
kita bukanlah keluarga impian.
b. Perceraian orang tua
Remaja ingin mendapat kasih sayang dan perhatian yang seimbang dari ayah dan
ibunya. Tetapi ketika orang tua memutuskan untuk bercerai, keseimbangan itu
menjadi retak. Remaja harus memutuskan untuk hidup mandiri, atau tinggal dengan
ayah atau ibu. Apalagi dengan munculnya ayah tiri atau ibu tiri, remaja akan
semakin tertekan dan merasa bahwa rumahnya adalah neraka.
c. Ekonomi keluarga yang
minim Remaja memang belum dewasa dalam pikiran. Masalah ekonomi ini tentu
merupakan masalah yang memusingkan. Pergaulan yang tinggi, gaya hidup yang
mewah dan glamour serta trend yang selalu bergerak adalah lingkungan hidup
remaja. Untuk mengikuti semua itu pasti membutuhkan uang. Hal ini pasti tidak
akan terpenuhi jika penghasilan orang tua pas-pasan atau dibawah standart.
Remaja menjadi frustasi. Mereka marah pada orang tuanya yang tidak bisa
memberikan apa yang mereka inginkan. Mereka tidak pernah berpikir untuk
mendapatkan uang dengan bekerja sambilan. Mungkin solusinya adalah dengan
berhutang kepada teman.
d. Ketidak harmonisnya
hubungan anak dengan orang tua Pertengkaran anak dengan orang tua semakin
sering terjadi ketika si anak mulai remaja. Kebanyakan pertengkaran terjadi
bukan karena masalah kesenjangan umur, tetapi lebih mengarah pada kesenjangan
kebudayaan. Hal-hal yang dilakukan remaja masa kini, misalnya berpelukan di
depan umum adalah sangat tabu pada jaman orang tuanya remaja dulu. Tuntutan
orang tua juga dirasakan terlalu berat bagi remaja. Kamu harus begini, kamu
harus begitu, lakukan ini, lakukan itu. Akhirnya remaja merasa tidak mampu
memikul tanggung jawab. Remaja merasa ia bukanlah anak yang diharapkan orang
tuanya. Rumah terasa tidak nyaman dan solusinya adalah pergi sejauh-jauhnya
atau tindakan bunuh diri.
C.
Cara Mengurangi
Kecenderungan Untuk Bunuh Diri
Untuk
mencegah tindakan bunuh diri pada masa remaja, remaja perlu dukungan dalam hal
:
1. Pematangan emosi
Orang tua atau dewasa lain (bisa kakak atau guru)membantu remaja dalam
bersikap positif terhadap kebutuhsn-kebutuhanemosi yang dibutuhkan remaja.
Misalnya dalam bentuk perhatian, rasa aman, penghargaan pengelolaan serta
pengontrlan emosi yang timbul.
2. Menerima kelebihan dan
kekurangan diri orang tua atau dewsaa lain dapat menerima kekurangan dan
menghargai kelemahan remaja. Selain itu turut membantu remaja dalam mencari
solusi agar kelemahan itu bisa diperkecil atau dikompensasikan menjadi kelebihan.
3. Menghadapi konflik
Orang tua atau dewasa lain turut membantu menyelesaikan konflik yang ada,
sehinggremaja merasa didampingi pada saat ia mengalami “break down”.
4. Pemecah masalah
Orang tua atau dewasa lain turut membantu remajapada saat remaja
mengalami masalah, seperti menjadi pendengar yang baik, menjadi teman yang baik
dan membimbing mereka dalam mengidentifikasikan maslah sehingga masalah dapat
terselesaikan dengan cepat, tepat dan tuntas.
D.
Pengendalian
Stress
Menurut
sebuah penelitian dari data faktual menunjukkan hampir mayoritas orang tidak
tahu bagaimana menangani stres padahal bila dikelola dengan baik dapat menjadi
motivator dan energi hidup, namun stres yang berlebihan juga berpotensi
melemahkan yang mana pada tahap tertentu dapat menurunkan efektivitas kekebalan
tubuh dan kerentanan terhadap penyakit ringan seperti flu dan infeksi di
samping dapat menjadi penyebab tekanan darah tinggi, sakit kepala, diare,
gangguan pada pencernaan dan pembuangan serta kelainan dan penyakit lainnya
yang sering disebut sebagai gejala Phsycomatis. Kita sendiri sepenuhnya
bertanggung jawab terhadap bagaimana stres mempengaruhi diri sebagaimana
dimaklumi bahwa jika aspek-aspek kehidupan tidak ditangani dengan manajemen
yang baik, maka akan mudah mengalami gejala-gejala stres.
E.
Manfaat
Pengendalian Stress
Melihat baiknya dampak dari terkendalinya siklus
hidup stress pada kehidupan kita, yaitu perbaikan pada kualitas hidup
seseorang, maka ilmu Manajemen Stress menjadi ilmu yang wajib dipahami dan
dikuasai oleh setiap orang dengan karakter pekerjaan yang sangat rentan dengan
stress. Bahkan mungkin saja ilmu ini perlu dituangkan dalam sebuah kamus
pocket, yang dapat dibawa setiap waktu oleh setiap orang. Dengan demikian, apa
yang terpancarkan dari setiap sejarah kehadiran stress tersebut akan selalu
membawa energi positif bagi dirinya serta bagi orang-orang dan lingkungan
sekitarnya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Stress disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat
kita temukan pada sumber-sumber stres yang meliputi pekerjaan, anak-anak,
keluarga, kesehatan, keuangan, kesenangan dan kemasyarakatan. Lebih
kongkretnya, bidang-bidang kehidupan yang menjadi sumber utama penyebab stres
potensial.
Hal
pertama yang harus dilakuakan untuk mengendalikan stress adalah
mengidentifikasi dan memahami gejala-gejala stress yang timbul. Apabila gejala
stress sudah muncul dalam diri seseorang maka gejala tersebut dapat
dikendalikan
Bunuh diri adalah masalah yang serius sehingga
harus ditanggapi dengan serius pula. Jumlah kasus bunuh diri di Indonesia
semakin meningkat.Faktor penyebab remaja bunuh diri dibagi menjadi dua yaitu
intern dan ekstern. Intern meliputi keterbatasan intelektual, gangguan
kepribadian, sakit fisik, dan gangguan mental. Ekstern meliputi lingkungan
rumah, lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Tindakan bunuh diri dapat
dicegah dengan perhatian dari lingkungan sekitar.
Saran
Stress sama halnya dengan energy karena tidak dapat diciptakan
maupun dihilangkan, namun stress dapat dihindari dan dikendalikan. Oleh sebab
itu apabila seseorang sedang mengalami stress, hal yang harus ia lakukan adalah
mengendalikan stress tersebut dengan cara mengubah energi keluarannya menjadi
energi yang positif, yang mampu menggiring terbentuknya performansi kerja
menjadi lebih optimal dan memberi manfaat bagi sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Seotadi,
IskandaRINI dan Harmein Nasution. 2016. Pendidikan dan Tekanan Remaja Akibat
Terlalu Stress. Medan: USU Press.
No comments:
Post a Comment